Jumat, 06 Januari 2017

Prasangka & Diskriminasi serta Entosentrisme




A.   PRASANGKA

1.       Pengertian
·         Menurut worchel (2000), prasangka dibatasi sebagai sifat negative yang tidak dapat dibenarkan terhadap suatu kelompok dan individu anggotanya. Prasangka atau prasangka sosial merupakan perilaku negative yang mengarahkan kelompok pada individualis berdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok. Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial.
·         Menurut Brehm dan Kassin (1993), prasangka sosial adalah perasaan negative terhadap seseorang semata-mata berdasar pada keanggotaan mereka dalam kelompok tertentu. Sedangkan menurut Mar’at (1981), prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai positif atau negative, tetapi biasanya lebih bersifat negatif.
·         Menurut David O. Sears (1991), prasangka sosial adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangka sosial ditujukan pada orang atau kelompok orang yang berbeda dengannya atau kelompoknya. Prasangka sosial memiliki kualitas suka dan tidak suka pada obyek yang diprasangkainya, dan kondisi ini akan mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang yang berprasangka tersebut.

2.       Ciri-Ciri Prasangka Sosial
Ciri-ciri prasangka sosial menurut Brigham (1991) dapat dilihat dari kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial (sosial categorization). Kategori sosial adalah kecenderungan untuk membagi dunia sosial menjadi dua kelompok, yaitu “kelompok kita” (in group) dan “kelompok mereka” (out group). In group adalah kelompok sosial dimana individu merasa dirinya dimiliki atau memilki (“kelompok kami”). Sedangkan out group adalah grup di luar grup sendiri (“kelompok mereka”).

Timbulnya prasangka sosial dapat dilihat dari perasaan in group dan out group  yang menguat. Ciri-ciri dari prasangka sosial berdasarkan penguatan perasaan in group dan out group  adalah :
1)      Proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok lain.
Menurut Ancok dan Suroso (1995), jika ada salah seorang individu dari kelompok luar berbuat negatif, maka akan digeneralisasikan pada semua anggota kelompok luar.
2)      Kompetensi sosial
Kompetensi sosial merupakan suatu cara yang digunakan oleh anggota kelompok untuk meningkatakan harga dirinya dengan membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain.
3)      Penilaian ekstrim terhadap anggota lain
Individu melakukan penilaian terhadap anggota kelompok lain baik penilaian positif ataupun negatif secara berlebihan. Biasanya penilaian yang diberikan berupa penilaian negatif.
4)      Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu
Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu biasanya dikaitkan dengan stereotip. Stereotip adalah keyakinan (belief) yang menghubungkan sekelompok individu dengan ciri-ciri sifat tertentu atau anggapan tentang ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota kelompok luar.
5)      Perasaan frustasi (scope goating)
Menurut Brigham (1991), perasaan frustasi (scope goating) adalah rasa frustasi seseorang sehingga membutuhkan pelampiasan sebagai objek atas ketidakmampuannya menghadapi kegagalan.
6)      Agresi antar kelompok
Agresi biasanya timbul akibat cara berfikir yang rasialis, sehingga menyebabkan seseorang cenderung berperilaku agresif.
7)      Dogmatisme
Dogmatisme adalah sekumpulan kepercayaan yang dianut seseorang berkaitan dengan masalah tertentu, salah satunya adalah mengenai kelompok lain. Bentuk dogmatisme dapat berupa etnosentrisme dan favoritisme.

3.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prasangka Sosial
Proses pembentukan prasangka sosial menurut Mar’at (1981) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1)      Pengaruh Kepribadian
Dalam perkembangan kepribadian seseorang akan terlihat pula pembentukan prasangka sosial.
2)      Pendidikan dan Status
Semakin tinggi pendidikan seseorang dan semakin tinggi status yang dimilikinya akan mempengaruhi cara berfikirnya dan akan meredusir prasangka sosial.
3)      Pengaruh Pendidikan Anak oleh Orangtua
Dalam hal ini orang tua memiliki nilai-nilai tradisional yang dapat dikatakan berperan sebagai family ideology yang akan mempengaruhi prasangka sosial.
4)      Pengaruh Kelompok
Kelompok memilki norma dan nilai tersendiri dan akan mempengaruhi pembentukan prasangka sosial pada kelompok tersebut. Oleh karenanya norma kelompok yang memiliki fungsi otonom dan akan banyak memberikan informasi secara realistis atau secara emosional yang mempengaruhi system sikap individu.
5)      Pengaruh Politik dan Ekonomi
Politik dan ekonomi sering mendominir pembentukan prasangka sosial. Pengaruh politik dan ekonomi telah banyak memicu terjadinya prasangka sosial terhadap kelompok lain misalnya kelompok minoritas.
6)      Pengaruh Komunikasi
Komunikasi juga memiliki peranan penting dalam memberikan informasi yang baik dan komponen sikap akan banyak dipengaruhi oleh media massa seperti radio, televise, video yang kesemuanya hal ini akan mempengaruhi pembentukan prasangka sosial dalam diri seseorang.
7)      Pengaruh Hubungan Sosial
Hubungan sosial merupakan suatu media dalam mengurangi atau mempertinggi pembentukan prasangka sosial (Sears, 1985).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prasangka sosial terjadi disebabkan adanya perasaan berbeda dengan orang lain atau kelompok lain. Selain itu prasangka sosial disebabkan oleh adanya proses belajar, juga timbul disebabkan oleh adanya perasaan membenci antar individu atau kelompok misalnya antara kelompok mayoritas dan kelompok minoritas.

4.       Dampak Prasangka Sosial
Menurut Rosenberg dan Simmons, (1971) menjelaskan bahwa prasangka sosial akan menjadikan kelompok individu tertentu dengan kelompok individu lain berbeda kedudukannya dan menjadikan kelompok individu tertentu dengan kelompok individu lain berbeda kedudukannya dan menjadikan mereka tidak mau bergabung atau bersosialisasi. Apabila hal ini terjadi dalam organisasi atau perusahaan akan merusak kerjasama. Selanjutnya diuraikan bahwa prasangka sosial dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama karena prasangka sosial merupakan pengalaman yang kurang menyenangkan bagi kelompok yang diprasangkai tersebut.

Sedangkan menurut Steplan (1978), menjelaskan bahwa prasangka sosial tidak saja mempengaruhi perilaku orang dewasa tetapi juga anak-anak sehingga dapat membatasi kesempatan mereka berkembang menjadi orang yang memiliki toleransi terhadap kelompok sasaran misalnya kelompok minoritas.

B.    DISKRIMINASI

1.       Pengertian
·         Menurut Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 Ayat (3) yang berbunyi “Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, Bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan. Atau pengahpusan, pengakuan, pelaksanaa atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosisal, budaya, dan aspek kehidupan lainnya”.
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidakl adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Atau ketika seseorang diperlukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antar golongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, a;iran politik, kondisi fisik atau karakteristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.
·         Menurut theodorson & amp; theodorson, (1979): diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Istilah tersebut biasanya untuk melukiskan, suatu tindakan dari pihak mayoritas yang dominan dalam hubungannya dengan minoritas yang lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak demokratis.
2.       Penyebab Diskriminasi Sosial :
1)      Perbedaan latar belakang
2)      Perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
3)      Perkembangan sosio kultural dan situasional
4)      Perbedaan kepentingan
5)      Perbedaan individu

C.    ETNOSENTRISME
Etnosentris adalah kecenderungan untuk melihat dunia melalui filter budaya sendiri. Istilah ini sering dipandang negatif, yang didefinisikan sebagai ketidak mampuan untuk melihat orang lain dengan cara diluar latar belakang budaya anda sendiri. Sebuah definisi terkait etnosentrisme memiliki kecenderungan untuk menilai orang dari kelompok, masyarakat, atau gaya hidup yang lain sesuai dengan standar dalam kelompok atau budaya sendiri, sering kali melihat kelompok lainnya sebagai inferior (lebih rendah) (healey, 1998; Noel, 1968).
Ketika suku bangsa yang satu menganggap suku bangsa yang lain lebih rendah, maka sikap demikian akan menimbulkan konflik. Konflik tersebut misalnya kasus SARA, yaitu pertentangan yang didasari oleh Suku, Agama, Ras dan antar golongan. Dampak negatif yang lebih luas dari sikap etnosentrisme antara lain :
a.     Mengurangi ke objektifan ilmu pengetahuan
b.     Menghambat pertukaran budaya
c.     Menghambat proses asimilasi kelompok yang berbeda
d.     Memacu timbulnya konflik sosial.
Disisi yang lain, jika dilihat dari fungsi sosial, etnosentrisme dapat menghubungkan seseorang dengan kelompok sehingga dapat menimbulkan solidaritas kelompok yang sangat kuat. Dengan memiliki rasa solidaritas, setiap individu akan bersedia memberikan pengorbanan secara maksimal. Sikap etnosentrisme diajarkan kepada kelompok bersama dengan nilai-nilai kebudayaan. Salah satu bukti adanya sikap etnosentrisme adalah hampir setiap individu merasa bahwa kebudayaannya yang paling baik dan lebih tinggi dibanding dengan kebudayaan lainnya, misalnya :
a.     Bangsa Amerika serikat bangga akan ilmu pengetahuan dan teknologinya
b.     Bangsa Jerman bangga akan kemampuan intelektualnya.
c.     Bangsa Francis bangga akan budaya tata krama atau table manner yang mendunia.
d.     Bangsa Inggris bangga akan bahasanya.
Dampak positif dari etnosentrisme yaitu dapat  mempertinggi semangat patriotisme, menjaga keutuhan dan stabilitas kebudayaan, serta mempertinggi rasa cinta kepada bangsa sendiri.
Sikap etnosentrisme adalah sikap yang paling menggunakan pandangan dan cara hidup dari sudut pandangan nya sebagai tolak ukur untuk menilai kelompok lain.
Apabila tidak dikelola dengan baik, perbedaan budaya dan adat istiadat antara kelompok masyarakat tersebut akan menimbulkan konflik sosial akibat adanya sikap etnosentrisme. Sikap tersebut timbul karena adanya anggapan suatu kelompok masyarakat bahwa mereka memiliki pandangan hidup dan sistem nilai yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya.

D.   UPAYA-UPAYA MENGURANGI/MENGHILANGKAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

1.       Perbaikan Kondisi Sosial Ekonomi
Pemerataan dan usaha peningkatan pendapatan bagi warga negara Indonesia masih tergolong dibawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya kesenjangan-kesenjangan sosial antar si kaya dan si miskin. Melalui program-program pembangunan yang mantap dan didukung oleh lembaga-lembaga ekonomi pedesaan seperti BUUD dan KUD. Sehingga golongan ekonomi lemah lambat laun dapat menikmati usaha-usaha pemerintah dalam perbaikan dalam sector perekonomian. Dengan begitu prasangka-prasangka ketidakadilan dalam sector perekonomian antara kelompok kuat dan kelompok ekonomi lemak sedikit demi sedikit dapat berkurang. Dan akhirnya akan sirna.
2.       Perluasan Kesempatan Belajar
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat membentuk pribadi dan peningkatan wawasan setiap warga negara. Pemerataan kesempatan belajar untuk setiap warga negara di seluruh daerah merupakan suatu keniscayaan, baik itu infrastruktur sekolah yang baik, pengajar yang berkualitas serta akses menuju sekolah yang mudah. Sehingga setiap warga negara dapat mengenyam pendidikan secara maksimal.
3.       Pemerataan Pembangunan
Infrastruktur di pulau jawa lebih baik dibandingkan dengan daerah-daerah lain di indonesia. Hal ini dapat memicu adanya prasangka-prasangka pada masyarakat di luar pulau jawa yang merasa kurang diperhatikan. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur di daerah harus ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan infrastruktur di pulau jawa. Bahkan masih ada masyarakat pedalaman papua yang belum merasakan adanya aliran listrik.
4.       Peningkatan layanan kesehatan untuk semua
Peningkatan layanan kesehatan untuk seluruh masyarakat, tidak adanya perbedaan pelayanan untuk masyarakat mampu dan tidak mampu.
5.       Persamaan perlakuan setiap warga negara di depan hukum
Hukum tidak pandang bulu, baik kaya, miskin, penguasa dll semua sama kedudukannya di depan hukum. Penegak hukum harus memperlakukan setiap orang sama di depan hukum.



Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar