Jumat, 30 September 2016

Masalah-masalah dalam kehidupan



1.      Masalah individu, keluarga dan masyarakat

Pada hekekatnya manusia adalah makhluk sosial, yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya karena saling membutuhkan satu dengan lainnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat, menurut Wikipedia
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Sedangkan Individu berasal dari Bahasa Latin  yaitu dari kata individuum, yang artinya tak berbagi, Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat Dalam  ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Menurut Peraturan Pemerintah No. 87 Tahun 2014, Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau suami, isteri dan anaknya, atau anak dan ayahnya, atau ibu dan anaknya. Dalam interaksinya, antara individu, keluarga dan masyarakat terdapat berbagai permasalahan.

Setiap individu lahir ke dunia dalam keadaan yang polos/tidak tahu apa-apa, kemudian lingkungan keluargalah yang pertama membentuk kepribadian, sikap dan perilaku setiap individu tersebut. Dalam keluarga biasanya terdapat permasalahan antara suami dan isteri ataupun dengan anak-anaknya. Perbedaan prinsip/pandangan hidup antara suami isteri bisa menjadi suatu permasalahan pada keluarga yang baru menikah. Perbedaan ini ada karena mereka berasal dari keluarga dan masyarakat yang berbeda yang membentuk kepribadian, sikap dan perilaku mereka dari kecil. Keluarga yang berkualitas, bisa dilihat dari segi ketahanan ekonomi serta pendidikannya. Orangtua harus mempunyai perencanaan masa depan untuk anak-anaknya, contohnya adalah Keluarga Berencana (KB), dari awal orangtua harus mempunyai rencana untuk mempunyai berapa anak. Rencana pendidikannya sudah dipersiapkan sehingga anak-anaknya bisa lebih sukses.
Dalam hubungannya dengan masyarakat, permasalahan yang timbul semakin kompleks. Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan suatu negara yang besar yang kaya akan budayanya, terdiri dari berbagai suku bangsa, dan agama. Budaya membentuk suatu masyarakat dengan aturan/norma-norma yang mengatur kehidupan masyarakat sehingga berjalan harmonis. Sebagai bangsa yang majemuk tentunya konsep “Bhineka Tunggal Ika” (walau berbeda-beda tetap satu jua) sangatlah penting, dengan budaya dan agama yang berbeda masyarakat tetap mengedepankan toleransi dan rasa saling menghormati sehingga keutuhan bangsa dan negara tetap terjaga.
                  
2.      Masalah hubungan antara warga dan negara

Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan mansia dalam masyarakat. Indonesia merupakan negara yang demokratis, setiap warga negara diberikan kebebasan untuk memilih dan menyampaikan pendapat. Dalam hidup bernegara terdapat hak dan kewajiban. Salah satu hak dari warga negara adalah yang disebutkan diatas,  masyarakat bebas memilih agama yang dianut menurut kepercayaannya. Masyarakat juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Dan salah satu kewajiban masyarakat adalah dengan membayar pajak. Karena pemerintahan bisa berjalan dengan adanya pajak dari masyarakat. Hak dan kewajiban ini harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. Tetapi pada kenyataannya tidak selalu berjalan mulus, masih banyak warga negara yang tidak membayar pajak atau menghindar dari pajak dengan membawa uangnya ke negara bebas pajak / tax heaven. Pun demikian masih banyak warga negara yang masih belum bisa mengenyam pendidikan dengan baik bahkan ada yang sampai tidak lulus sekolah dasar.

3.      Masalah Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat
Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Dalam kehidupan masyarakat kita bisa melihat orang dari beberapa hal sehingga orang itu bisa sangat dihormati atau mungkin biasa saja.
Statifikasi sosial bisa dilihat dari beberapa hal antara lain :
a.   Ilmu Pengetahuan, seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
b. Kekayaan dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak, ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja, serta kemampuannya dalam berbagi kepada sesama.
c. Kekuasaan atau kedudukan, Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.


4.      Masalah Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan
Perbedaan yang mencolok antara kota dan desa adalah identik dengan kemewahan dan kemiskinan.  Masyarakat secara umum masih menganggap bahwa kota akan membawa anda pada kesuksesan. Lebih dari itu kehidupan di kota sesungguhnya sangat keras, anda harus bersaing dengan jutaan orang dari berbagai pelosok daerah dengan berbagai skill dan kemampuannya. Alih-alih ingin mendapatkan penghidupan yang layak di kota, orang-orang yang tidak mampu bersaing hanya akan menjadi gelandangan di kota. Masyarakat pedesaan kehidupaannya berbeda dengan masyarakat perkotaan. Perbedaan-perbedaan ini berasal dari adanya perbedaan yang mendasar dari keadaan lingkunganya, yang mengakibatkan adanya dampak terhadap personalitas dan segi-segi kehidupan. Kesan populer masyarakat perkotaan terhadap masyarakat pedesaan adalah bodoh, lambat dalam berfikir dan bertindak, dan sebagainya. Kehidupan dikota hukum rimba pun berlaku dimana, “siapa yang kuat dia yang berkuasa dan siapa yang lemah pasti akan tertindas”. Sangat jarang kita melihat yang namanya tegur sapa dan gotong royong, sehingga terjadi kesenjangan sosial yang menyebabkan ketidak seimbangan dalam kehidupan perkotaan, dimana orang hanya memperdulikan dirinya sendiri dan tidak memperdulikan orang lain. Kota dianggap dapat memenuhi kebutuhan hidup semua orang berbeda dengan di desa yang mata pencahariannya kebanyakan hanya sebagai petani atau peternak. Hal inilah yang membuat orang berbondong-bondong pergi ke kota untuk mengadu nasib. Sehingga membuat kota menjadi sesak dan kumuh, karena tidak semua penduduknya terserap oleh lapangan pekerjaan. Belum lagi masyarakat kota-kota satelit yang berada/tinggal di pinggiran tetapi bekerja di tengah kota membuat jalanan menjadi macet.  Sebetulnya jika potensi di desa bisa dikembangkan tentunya masyarakat desa tidak perlu pergi ke kota untuk mencari uang. misalnya dibidang perikanan ditingkatkan, para petani dipermudah untuk memperoleh bibit dan memasarkan hasil panennya sehingga menghasilkan untung yang besar. Tentunya orang akan tertarik untuk budidaya ikan dan tidak harus ke kota untuk menggapai sukses secara finansial.

5.      Masalah Pertentangan Sosial dan Integrasi

Dalam masyarakat yang majemuk, segala perbedaan yang ada pada masyarakat baik itu budaya, bahasa, agama, adat istiadat tidak terelakan. Diawali dengan pertentangan batin dari soerang individu bisa menjadi besar menjadi Pertentangan Sosial. Pertentangan Sosial adalah suatu kegiatan yang menentang ilmu - ilmu sosial yang biasanya terjadi karena kesalah pahaman. contoh pertentangan sosial adalah tauran, kerusuhan, perang antar suku dan banyak lagi. Biasanya adanya pertentangan sosial di dasari oleh :
·      Rasa iri antara satu sama lain, merasa diperlakukan tidak adil.
·    Adanya rasa tidak puas dengan perlakuan atau tindakan yang diterima dan diberikan oleh orang lain sehingga merasa terhina.
·      Adanya adu domba diantara masyarakat, kelompok, atau di dalam pemerintahan.

     Pertentangan sosial sangatlah berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara. Konflik sosial membuat masyarakat menjadi tidak solid dan mudah untuk dipecah belah. Maka dari itu perlu adanya solusi dari permasalahan sosial yang ada agar masyarakat bisa hidup damai berdampingan satu sama lain.
     Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Dapat dikatakan pula integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda di dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan bermasyarakat yang memiliki keserasian fungsi.

Jadi integrasi dalam masyarakat dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana kelompok-kelompok etnik tertentu dapat beradaptasi dengan kebudayaan mayoritas di sekitar masyarakat khususnya di lingkungan yang mereka tempati namun tanpa menghilangkan kebudayaan mereka sendiri. Integrasi ini juga bisa sebagai pengendali atas konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem tertentu.

Integrasi ini sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat agar masyarakat tetap bersatu meskipun menghadapai berbagai tantangan ataupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.

Bentuk integrasi sosial, antara lain:
·      Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai ciri budaya asli
·      Akulturasi, yaitu penerimaan kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli

    Tentunya masyarakat harus mengedepankan rasa saling menghormati, harus menyadari adanya perbedaan diantaranya, tetapi tidak menjadikan perbedaan itu suatu konflik, jadikan itu sebagai suatu keindahan. Seperti kata pepatah “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” artinya masyarakat harus menghormati adat istiadat yang berlaku dimana ia berada.

Referensi :

Kamis, 29 September 2016

Masalah Kependudukan di Indonesia



Menurut Peraturan Pemerintah No. 87 Tahun 2014, yang dimasud dengan kependudukan adalah hal ihwan yang berkaitan dengan jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta lingkungan penduduk setempat. Setiap negara di dunia mempunyai berbagai permasalahan dalam pengelolaan kependudukannya salah satunya adalah Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang tentunya masalah kependudukan di Indonesia sangatlah kompleks.

Berikut adalah masalah kependudukan yang ada di Indonesia:

1.  Demografi

a.  Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk.
    Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak, menurut data Bank Dunia jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 adalah sekitar 257,5 juta jiwa, hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat di dunia setelah Amerika Serikat yang berada di urutan ke tiga. China masih menempati urutan pertama dengan jumlah penduduk mencapai 1,371 miliar jiwa, disusul oleh India yang menempati posisi kedua dengan jumlah yang terpaut tipis atau sekitar 1,311 miliar jiwa. Dengan total seluruh penduduk dunia mencapai 7,346 miliar jiwa.
    

     Tabel 1.

Population 2015















Ranking
Economy
(thousands)







CHN
1

China
1,371,220

IND
2

India
1,311,051

USA
3

United States
321,419

IDN
4

Indonesia
257,564







WLD


World
7,346,633


     Sumber : Bank Dunia

     Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai Lembaga statistik milik  pemerintah hanya melakukan penelitian atau sensus penduduk dalam satu dekade sekali. Terakhir penelitian mengenai jumlah penduduk Indonesia adalah pada tahun 2010 dimana penduduk Indonesia berjumlah sekitar 237,6 juta jiwa. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan populasi tertinggi di Indonesia, dari sepuluh provinsi dengan populasi tertingggi, 5 provinsi berasal dari pulau Jawa dengan total penduduk mencapai 137 juta jiwa, lebih dari setengah jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 57%.
    
     Tabel 2.
Penduduk Indonesia menurut Provinsi  2000 dan 2010
(sepuluh provinsi dengan populasi tertinggi)



Provinsi
Penduduk
2000
2010
Jawa Barat
35729537
43053732
Jawa Timur
34783640
37476757
Jawa Tengah
31228940
32382657
Sumatera Utara
11649655
12982204
Banten
8098780
10632166
DKI Jakarta
8389443
9607787
Sulawesi Selatan
8059627
8034776
Lampung
6741439
7608405
Sumatera Selatan
6899675
7450394
Riau
4957627
5538367
INDONESIA
206264595
237641326





     Sumber : Badan Pusat Statistik

     Jumlah penduduk Indonesia bertambah 1,49% dari tahun 2000 sampai tahun 2010 dan bertambah 1,4% pada tahun 2014 ( Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Pertengahan tahun/Juni)) dan akan terus bertambah sesuai dengan proyeksi penduduk yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014.

      Tabel 3.


     Sumber : Badan Pusat Statistik


     Menurut hasil penelitian BPS, penduduk Indonesia akan bertambah menjadi sekitar 271 juta jiwa pada tahun 2020 dan akan terus bertambah hingga mencapai sekitar 305 juta jiwa pada tahun 2035. Jika dilihat dari tabel, jumlah penduduk terbanyak masih berada di pulau jawa. Dengan berjumlah sekitar 167 juta jiwa.

     Tabel 4.
      Proyeksi Penduduk menurut Provinsi, 2010-2035 (Ribuan)







Provinsi
Tahun
2010
2015
2020
2025
2030
2035
Pulau Sumatera
50860.30
55272.90
59337.10
62898.60
65938.30
68500.00
Pulau Jawa
137033.30
145143.60
152449.90
158738.00
163754.80
167325.60
Bali dan Kep. Nusa Tenggara
13129.70
14108.50
15047.80
15932.40
16751.40
17495.70
Pulau Kalimantan
13850.90
15343.00
16769.70
18082.60
19264.00
20318.10
Pulau Sulawesi
17437.10
18724.00
19934.00
21019.80
21953.50
22732.00
Kep. Maluku
2585.20
2848.80
3110.70
3363.70
3603.60
3831.40
Pulau Papua
3622.30
4020.90
4417.20
4793.90
5139.50
5449.60
INDONESIA
238518.80
255461.70
271066.40
284829.00
296405.10
305652.40

     Sumber : Badan Pusat Statistik

     Berdasarkan penjelasan diatas, bisa dilihat bahwa indonesia merupakan negara yang besar, di asia tenggara Indonesia merupakan negara terbesar secara demografi. Tetapi dengan populasi yang besar tentunya pemasalahannya menjadi semakin rumit. Pertumbuhan penduduk harus juga diiringi dengan penyedian lapangan kerja yang besar. karena jika tidak dibarengi dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang besar akan membuat angka pengangguran meningkat, dan ini bisa meningkatkan angka kejahatan. Karena orang akan melakukan segala cara untuk bertahan hidup. Tabel dibawah ini menunjukan bahwa tenaga kerja Indonesia pada tahun 2016 mencapai 127.8 juta jiwa dengan tenaga kerja yang bekerja sebanyak 120.8 juta jiwa dan angka pengangguran mencapai 7.0 juta jiwa. Tentunya dengan angka tenaga kerja yang besar ini menjadi roda penggerak perekonomian negara sehingga membuat ekonomi tetap tumbuh. Angka penggangguran yang mencapai 7 juta jiwa bisa dibilang masih cukup tinggi, ini membuat angka kriminalitas dan kejahatan masih cukup tinggi pula.


     Tabel 5.
Tenaga Kerja Indonesia:
dalam juta
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Tenaga Kerja
116.5
119.4
120.3
120.2
121.9
122.4
127.8
- Bekerja
108.2
111.3
113.0
112.8
114.6
114.8
120.8
- Menganggur
8.3
8.1
7.3
7.4
7.2
7.6
7.0
Sumber: Badan Pusat Statistik


b.  Penyebaran Penduduk
     Dari Tabel 2. & 4. Bisa dilihat bahwa populasi Indonesia masih berpusat di pulau Jawa sedangkan populasi di luar pulau jawa masih sedikit, hal ini menjadikan pertumbuhan ekonomi masih berpusat di pulau jawa. Pembangunan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi dan industri belum merata, terutama di indonesia bagian timur masih sangat rendah. Sehingga membuat penduduk dari daerah lain berbondong-bondong ke pulau jawa untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Tentunya penyebaran penduduk yang tidak merata menjadika persoalan baru, karena lahan di pulau jawa semakin sedikit sedangkan penduduknya semakin banyak. Sebetulnya program transmigrasi sudah diselenggarakan sejak jaman orde baru, tetapi bisa dikatakan kurang berhasil. Karena perkembangan dan pembangunan di luar jawa masih kurang.


2.  Non Demografi

a.  Pendidikan
     Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya diatas bahwa populasi yang besar haruslah dikelola dengan baik sehingga menghasilkan SDM yang berkualitas. Peningkatan wawasan dan skills penduduk wajib dilakukan sehingga SDM indonesia mampu bersaing dengan SDM dari negara lain. Salah satu caranya adalah dengan pendidikan, seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini, bisa dilihat bahwa persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf di Indonesia belum mencapai angka 100%, artinya masih ada penduduk indonesia yang berumur 15 tahun ke atas belum mengenal huruf.

     Tabel 6.
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf Menurut Golongan Umur dan Daerah Tempat Tinggal, 2010-2014






Golongan Umur
TAHUN
2010
2011
2012
2013
2014
15-19
99.56
98.94
99.30
99.57
99.69
20-24
99.42
98.61
98.85
99.42
99.67
25-29
98.73
98.39
98.71
98.62
98.97
30-34
98.35
98.09
98.14
98.34
98.67
35-39
97.55
97.05
97.36
97.82
98.12
40-44
95.69
94.43
95.16
96.30
97.23
45-49
91.13
90.68
93.01
93.55
94.46
50+
78.46
78.80
79.16
81.71
88.44

     Sumber : Badan Pusat Statistik

     Sementara itu pada tahun 2015 angkatan angkatan kerja Indonesia berjumlah sekitar 122,3 juta, dari angka tersebut sekitar 28% adalah lulusan SMA sederajat atau sekitar 34,5 juta jiwa, disusul oleh lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 32,4 juta atau sekitar 26%. Sementara untuk lulusan Akademi/Diploma dan Universitas hanya berjumlah sekitar 13,5 juta atau sekitar 11% adri total angkatan kerja. Dari sini kita bisa melihat bahwa tingkat pendidikan angkatan kerja indonesia masih sangat rendah.


     Tabel 7.

Jumlah Angkatan Kerja Indonesia
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
2015 Agustus
Angkatan Kerja (AK)
Jumlah Penduduk Usia 15 tahun ke Atas
Persentase Angkatan Kerja Terhadap Penduduk Usia Kerja (TPAK)
Bekerja
Pengangguran
Jumlah AK
% Bekerja / AK
Tidak/belum pernah sekolah
           4,387,904
               55,554
             4,443,458
98.75
              8,526,818
52.11
Tidak/belum tamat SD
            14,951,112
             371,542
            15,322,654
97.58
           23,236,091
65.94
SD
          31,487,578
         1,004,961
           32,492,539
96.91
           48,348,401
67.20
SLTP
        20,698,644
          1,373,919
           22,072,563
93.78
        40,890,884
53.98
SLTA Umum/SMU
          19,813,373
        2,280,029
          22,093,402
89.68
           33,034,431
66.88
SLTA Kejuruan/SMK
         10,837,249
         1,569,690
           12,406,939
87.35
            16,246,861
76.37
Akademi/Diploma
          3,086,444
              251,541
              3,337,985
92.46
              4,302,315
77.59
Universitas
            9,556,895
            653,586
             10,210,481
93.60
                11,515,116
88.67
Tak Terjawab
                          -  
                       -  
                             -  
                   -  
                            -  
                               -  
Total
  114,819,199
  7,560,822
  122,380,021
93.82
   186,100,917
65.76

     Sumber : Badan Pusat Statistik

     Tentunya kesempatan untuk mengenyam pendidikan bagi seluruh putra-putri bangsa harus dipermudah,  hal ini untuk peningkatan jenjang pendidikan SDM indonesia sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.

b.  Kesehatan

     Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat di indonesia masih terus ditinkatkan, dengan adanya program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) cukup membantu masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma. Hanya saja terkadang kesadaran akan pelayanan prima petugas kesehatan di Rumah Sakit masih kurang. Belum lagi jumlah Rumah Sakit yang belum merata di setiap pelosok negeri. Sehingga masyarakat di pedalaman sulit untuk menuju Rumah Sakit.

     Tabel 8.

Data Rumah Sakit Umum, Khusus dan Puskesmas tahun 2012 -2013
Provinsi
Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Khusus
Puskesmas


2012
2013
2012
2013
2012
2013

ACEH
46
51
5
2
330
334

SUMATERA UTARA
158
141
16
15
555
570

SUMATERA BARAT
38
39
21
22
260
262

RIAU
43
44
10
10
207
207

JAMBI
24
26
3
3
176
176

SUMATERA SELATAN
34
40
8
11
317
319

BENGKULU
17
18
1
1
178
180

LAMPUNG
37
39
9
10
276
280

KEP. BANGKA BELITUNG
12
13
1
1
60
60

KEP. RIAU
22
22
3
3
69
70

DKI JAKARTA
84
91
58
59
340
340

JAWA BARAT
182
205
61
69
1046
1050

JAWA TENGAH
179
201
68
74
873
873

DI YOGYAKARTA
43
48
23
21
121
121

JAWA TIMUR
206
229
80
90
960
960

BANTEN
49
53
24
24
228
230

BALI
42
45
12
12
118
120

NUSA TENGGARA BARAT
19
22
3
1
157
158

NUSA TENGGARA TIMUR
38
38
3
3
349
362

KALIMANTAN BARAT
29
32
9
8
237
237

KALIMANTAN TENGAH
16
16
0
1
190
194

KALIMANTAN SELATAN
24
25
5
6
226
228

KALIMANTAN TIMUR
36
40
14
14
217
222

KALIMANTAN UTARA
-
-
-
-
-
-

SULAWESI UTARA
33
37
2
3
177
183

SULAWESI TENGAH
19
20
6
6
176
183

SULAWESI SELATAN
53
57
23
25
425
440

SULAWESI TENGGARA
21
20
2
5
258
264

GORONTALO
10
11
1
1
87
91

SULAWESI BARAT
8
9
0
0
91
92

MALUKU
24
26
2
1
178
190

MALUKU UTARA
17
18
0
0
119
125

PAPUA BARAT
13
16
0
0
128
143

PAPUA
32
33
2
2
381
391

INDONESIA
1608
1725
475
503
9510
9655

Sumber : Badan Pusat Statistik

c.   Kemiskinan
Kemiskinan merupakan pangkal dari dua permasalahan diatas. Masyarakat miskin sulit mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak. Ada pepatah yang mengatakan “yang miskin tambah miskin, yang kaya tambah kaya”, mungkin pepatah itu ada benarnya. Biaya pendidikan dan kesehatan yang mahal membuat orang miskin hidup tambah susah. Menurut BPS jumlah penduduk Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan sekitar 28 juta jiwa, atau sekitar 11% dari total penduduk Indonesia.

     Berdasarkan penjelasan diatas dengan jumlah populasi yang besar tentunya Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang besar. Hal ini bisa menjadikan Indonesia negara yang kuat atau malah sebaliknya (lemah). Ini berarti bahwa jika populasi (SDM) yang ada bisa dikelola dengan baik sehingga menjadikan SDM yang bekualitas tentunya akan menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi bangsa. Tetapi jika SDM yang ada tidak dikelola dengan baik (tidak berkualitas) dan laju pertumbuhan penduduk tidak bisa dikontrol, tentunya akan menjadi bumerang bagi bangsa Indonesia ke depan. Dengan populasi yang besar tentunya pemerintah Indonesia harus menyiapkan lapangan pekerjaan yang besar pula. Sehingga SDM yang ada bisa terserap dengan baik, Semakin banyak peluang kerja tentunya akan membuat angka pengangguran menurun dan membuat perekonomian terus berputar. Pengentasan kemiskinan menjadi fokus utama pemerintah, dengan peningkatan pendapatan masyarakat dan menahan laju inflasi sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga. Pendidikan untuk semua, baik di daerah perkotaan atau perdesaan secara kualitas harus merata dan berbiaya murah (gratis). Sehingga skill dan daya saing masyarakat miskin meningkat. Pelayanan kesehatan yang baik dan murah bagi masyarakat terus dittingkatkan sehingga masyarakat yang tumbuh adalah masyarakat yang berkualitas secara jasmani, pengetahuan dan rohaninya. Terakhir tentunya adalah peran serta masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dalam mewujudkan  masyarakat indonesia yang adil dan makmur.

Referensi :

https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1274, dilihat pada kamis, 29 September 2016.
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267, dilihat pada kamis, 29 September 2016.
https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1229, dilihat pada kamis, 29 September 2016.
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1268, dilihat pada kamis, 29 September 2016.