Senin, 10 Juli 2017

Harapan, Cita-cita, Do'a dan Kepercayaan Kepada Tuhan YME



A.  Pengertian Harapan
Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Didalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia melibatkan manusia lain atau kekuatan lain diluar dirinya sesuatu terjadi, selain hasil usahanya yang telah dilakuka dan ditunggu hasilnya. Jadi, yang diharapakan itu adalah hasil jerih payah dirinya dan bantuan kekuatan lainnya. Bahkan harapan itu tidak bersifat egosentris berbeda dengan keinginan yang menurut kodratnya bersifat egosentris, usahanya adalah memiliki. Harapan tertuju kepada “Engkau” sedankan keinginan “aku”, harapan itu ditutunjukkan kepada orang lain atau kepada Tuhan. Keinginan itu untuk kepentingan dirinya meskipun pemenuhan keinginan itu melalui pemenuhan keingingan orang lain. Misalnya melakukan perbuatan sedeqah kepada orang lain: orang lain terpenuhi keinginan dan sekaligus orang yang bersedeqah juga terpenuhi keiinginannya, yaitu kebahagiaan sewaktu berbuat baik kepada orang lain.
Menurut macam-macamnya ada harapan yang optimis dan ada harapan yang pesimistis (tipis harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasioal, bahwa sesuatu yang aka terjadi bakal muncul. Dalam harapan pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak bakal terjadi.
Harapan itu ada karena manusia itu hidup penuh dengan dinamikanya, penuh dengan keinginannya atau kemauannya. Harapan untuk setiap orang berbeda-beda kadarnya. Orang yang wawsan berfikir luas, harapannya pun akan luas. Demiian pula orang yang berwawasan pikiran sempit, maka akan sempit pula harapannya.
Besar kecilnya harapan sebenarnya tidak di tentukan oleh luas atau tidaknya wawasan berfikir seseorang, tetapi kepribadian seseorang dapat menentukan dan mengontrol jenis, macam, dan besar kecilnya harapan tersebut. Bila kepribadian seseorang kuat, jenis dan besarnya harapan akan berbeda dengan orang yang kepribadianya lemah. Kepribadian yang kuat akan mengontrol harapan seefektif seefesien mungkin sehingga tidak merugikan bagi dirinya atau bagi orang lain, untuk masa kin atau untuk masa depan, bagi masa di dunia atau di masa akhirat kelak.
Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau berkerja kerasnya seseorang.orang yang berkerja keras akan mempunyai harapan yang besar untuk memperoleh harapan yang besar, tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan bantuan unsur dalam, yaitu berdoa.


B.  Pengertian Cita – Cita
Cita-cita menurut definisi adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Tidak ada orang hidup. tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita yang merupakan bagian atau salah satu unsur dari pandangan hidup manusia, yaitu sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Sesuatu bisa disebut dengan cita-cita apabila telah terjadi usaha untuk mewujudkan sesuatu yang dianggap cita-cita itu. Jadi perbedaan harapan dengan cita – cita adalah Cita-cita merupakan sesuatu yang diinginkan (berharap) tapi belum tercapai, sedangkan harapan adalah keinginan supaya sesuatu terjadi

C.   Langkah-Langkah Mewujudkan Cita-Cita
Berikut ini adalah hal-hal yang membawa keberhasilan cita-cita kita   :
1.  Meluaskan Wawasan Kita
Untuk menggapai cita-cita yang besar tentunya tidak mudah. kadang apa yang kita bayangkan tidak semudah kenyataannya. Seorang yang mempunyai cita-cita besar harus mempunyai wawasan yang luas, dengan berbagai cara seperti bersekolah dengan bersungguh-sungguh dan mempunyai pengalaman yang luas sebagai langkah menggapai cita-citanya, agar cita- citanya dapat terwujud. Orang yang luas wawasannya akan mengalami kemudahan dalam berbagai urusan serta dapat butuhkan orang banyak. Apalagi di jaman yang sudah maju sekarang ini
2.  Yakin dan Percaya Diri
Seorang pemburu cita-cita tidak lah bisa menangkap keinginannya jika tidak diiringi rasa yakin dan percaya akan dirinya untuk menggapai buruannya itu, karena keyakinan dan rasa percaya diri itu akan menambah semangat memburu kalian dengan segala pandangan untuk meraihnya dan keteguhan yang ia andalkan. Orang yang tidak mempunyai pendirian dan tidak yakin akan dirinya maka dia akan goyah dalam perjuangannya, sehingga dirinya akan selalu dibuntuti rasa gundah dan ragu atas kemampuan dirinya untuk menggapai keinginannnya itu.
3.  Jiwa yang cerah, terbebas dari masa lalu yang kelam.
Proses kehidupan yang di jalan oleh seseorang mungkin berbeda-beda dalam kehidupan ini teman-teman. Jika teman-teman adalah orang yang mengalami masa lalu hidup yang kelam dan rasanya tidak patut untuk dirasakan saking sakitnya, seperti kehilangan seseorang ataupun yang lainnya. Maka agar teman-teman menemukan jiwa yang cerah atau jiwa yang baru dalam hidup, teman-teman harus melupakan kenangan yang tak berarti itu dari pikiran memori teman-teman. Selalu tersenyum dan indah melihat kedepan. Lalu mulailah dengan sejuta semangat baru untuk menggapai impian teman-teman di masa lalu.
4.   Berdoa
Apa artinya semua usaha teman-teman jika teman-teman tidak pernah berdoa dan bersyukur terhadap sang pencipta? Doa adalah usaha yang paling kuat membawa kita ke arah yang lebih baik. Dengan doalah semua usaha dan cita-cita dapat terealisasikan.

D.    Pengertian DOA
Orang yang berdoa bukan hanya sekedar sadar bahwa kekuatannya lemah, tetapi ada unsur keyakinan bahwa berdoa itu merupakan kewajiban.
“Dan berfirman Tuhan kamu: berdoalah kamu kepadaKu, juga Aku akan mengabulkan doa mu” (QS. Al-mukminun 60,68)
“Maka wajib atas kamu berdoa” H.R. Turmidzi
“Hal lain yang menyebabkan harapan disertai doa ialah kesadaran bahwa mansia itu lemah” QS. An-Nisa, 28
Kelemahan manusia itu, dilukiskan sebagai berikut:
1.   Manusia hidup kondisi ketidakpastian. Hal yang penting bagi keamanan dan kesajahteraan manusia berada diluar jangkauannya dengan kata lain, manusia ditandai oleh ketidak pastian.
2.   Terbatas kesanggupan manusia untuk mengendalikan dan untuk mempe-ngaruhi kondisi hidupnya. Pada titik tertentu, kondisi manusia ada dalam kaitan konflik antara keinginan dan cita-cita dengan lingkugannya, yang ditandai oleh ketidakberdayanya.
3.   Manusia hidup bermasyarakat, yang ditandai dengan adanya alokasi teratur dari berbagai fungsi, fasilitas, pembagian kerja, produksi, dan ganjaran. Manusia membutuhkan kondisi imperatif (keterpaksaan), yakni adanya suatu tingkat superordinasi dan subordinasi atau berbagai aturan dalam hubungan manusia.

Doa dan harapan pada hakikatnya merupakan proses hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan antara manusia dengan manusia. Proses hubungan ini lebih lanjut dapat diartikan memohon pertolongan, mengingat, meminta perlin-dungan, mendekatkan diri (silaturrahmi dengan manusia, taqarrub dengan Tuhan).

E.   Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan / keyakinan akan kebenaran. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan, artinya diberitahukan oleh Tuhan secara langsung ataupun secara tidak langsung kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besarnya. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak untuk ber-agama atau hak untuk memiliki / memeluk aga yang dipercayai menurut keyakinan setiap individu. Dalam hal beragama tiap-tiap orang / individu wajib menerima & menghormati kepercayaan orang yang beragama itu, dasarnya adalah keyakinan masing-masing. Berbagai usaha dapat dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi dan lingkungan. Usaha itu antara lain :
a). Meningkatkan ketaqwaan kita sebagai manusia dengan jalan atau dengan cara meningkatkan ibadah. Dalam arti kata, untuk lebih rajin lagi untuk beribadah kepada Tuhan
b). Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat agar terjalinnya tali persaudaraan yang baik dan agar terhindar dari pertengkaran atau perselisihan
c). Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan atau dengan cara suka menolong, dermawan, dan sebagainya (sifat-sifat baik lainnya)
d). Mengurangi nafsu (negatif) seperti mengumpulkan harta yang berlebihan dan tidak ingin membaginya kepada orang lain yang lebih membutuhkan
e). Menekan perasaan-perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya (sifat-sifat buruk lainnya)


Daftar Pustaka
Soelaeman Munandar, Ilmu Budaya Dasar, ( Bandung: PT Refika Aditama, 2005)
Tri Prasetya Joko, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998)
Digital Book Universitas Gunadarma Tahun Ajaran ATA 2017//Tingkat 1




Tidak ada komentar:

Posting Komentar