A. Pengertian Harapan
Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita,
keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Didalam menantikan
adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia melibatkan manusia lain
atau kekuatan lain diluar dirinya sesuatu terjadi, selain hasil usahanya yang
telah dilakuka dan ditunggu hasilnya. Jadi, yang diharapakan itu adalah hasil
jerih payah dirinya dan bantuan kekuatan lainnya. Bahkan harapan itu tidak
bersifat egosentris berbeda dengan keinginan yang menurut kodratnya bersifat
egosentris, usahanya adalah memiliki. Harapan tertuju kepada “Engkau” sedankan
keinginan “aku”, harapan itu ditutunjukkan kepada orang lain atau kepada Tuhan.
Keinginan itu untuk kepentingan dirinya meskipun pemenuhan keinginan itu
melalui pemenuhan keingingan orang lain. Misalnya melakukan perbuatan sedeqah
kepada orang lain: orang lain terpenuhi keinginan dan sekaligus orang yang
bersedeqah juga terpenuhi keiinginannya, yaitu kebahagiaan sewaktu berbuat baik
kepada orang lain.
Menurut macam-macamnya ada harapan yang optimis dan
ada harapan yang pesimistis (tipis harapan). Harapan yang optimis artinya
sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapat
dianalisis secara rasioal, bahwa sesuatu yang aka terjadi bakal muncul. Dalam
harapan pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak bakal terjadi.
Harapan itu ada karena manusia itu hidup penuh
dengan dinamikanya, penuh dengan keinginannya atau kemauannya. Harapan untuk setiap
orang berbeda-beda kadarnya. Orang yang wawsan berfikir luas, harapannya pun
akan luas. Demiian pula orang yang berwawasan pikiran sempit, maka akan sempit
pula harapannya.
Besar kecilnya harapan sebenarnya tidak di tentukan
oleh luas atau tidaknya wawasan berfikir seseorang, tetapi kepribadian
seseorang dapat menentukan dan mengontrol jenis, macam, dan besar kecilnya
harapan tersebut. Bila kepribadian seseorang kuat, jenis dan besarnya harapan
akan berbeda dengan orang yang kepribadianya lemah. Kepribadian yang kuat akan
mengontrol harapan seefektif seefesien mungkin sehingga tidak merugikan bagi
dirinya atau bagi orang lain, untuk masa kin atau untuk masa depan, bagi masa
di dunia atau di masa akhirat kelak.
Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha
atau berkerja kerasnya seseorang.orang yang berkerja keras akan mempunyai
harapan yang besar untuk memperoleh harapan yang besar, tetapi kemampuannya
kurang, biasanya disertai dengan bantuan unsur dalam, yaitu berdoa.
B. Pengertian Cita –
Cita
Cita-cita
menurut definisi adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada dalam
pikiran. Tidak ada orang hidup. tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan
tanpa sikap hidup. Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan
yang ada dalam hati. Cita-cita yang merupakan bagian atau salah satu unsur dari
pandangan hidup manusia, yaitu sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui
usaha. Sesuatu bisa disebut dengan cita-cita apabila telah terjadi usaha untuk
mewujudkan sesuatu yang dianggap cita-cita itu. Jadi perbedaan harapan dengan cita
– cita adalah Cita-cita merupakan sesuatu yang diinginkan (berharap) tapi belum
tercapai, sedangkan harapan adalah keinginan supaya sesuatu terjadi
C. Langkah-Langkah
Mewujudkan Cita-Cita
Berikut
ini adalah hal-hal yang membawa keberhasilan cita-cita kita :
1. Meluaskan
Wawasan Kita
Untuk
menggapai cita-cita yang besar tentunya tidak mudah. kadang apa yang kita
bayangkan tidak semudah kenyataannya. Seorang yang mempunyai cita-cita besar
harus mempunyai wawasan yang luas, dengan berbagai cara seperti bersekolah
dengan bersungguh-sungguh dan mempunyai pengalaman yang luas sebagai langkah
menggapai cita-citanya, agar cita- citanya dapat terwujud. Orang yang luas
wawasannya akan mengalami kemudahan dalam berbagai urusan serta dapat butuhkan
orang banyak. Apalagi di jaman yang sudah maju sekarang ini
2. Yakin
dan Percaya Diri
Seorang
pemburu cita-cita tidak lah bisa menangkap keinginannya jika tidak diiringi
rasa yakin dan percaya akan dirinya untuk menggapai buruannya itu, karena
keyakinan dan rasa percaya diri itu akan menambah semangat memburu kalian
dengan segala pandangan untuk meraihnya dan keteguhan yang ia andalkan. Orang
yang tidak mempunyai pendirian dan tidak yakin akan dirinya maka dia akan goyah
dalam perjuangannya, sehingga dirinya akan selalu dibuntuti rasa gundah dan
ragu atas kemampuan dirinya untuk menggapai keinginannnya itu.
3. Jiwa
yang cerah, terbebas dari masa lalu yang kelam.
Proses
kehidupan yang di jalan oleh seseorang mungkin berbeda-beda dalam kehidupan ini
teman-teman. Jika teman-teman adalah orang yang mengalami masa lalu hidup yang
kelam dan rasanya tidak patut untuk dirasakan saking sakitnya, seperti
kehilangan seseorang ataupun yang lainnya. Maka agar teman-teman menemukan jiwa
yang cerah atau jiwa yang baru dalam hidup, teman-teman harus melupakan
kenangan yang tak berarti itu dari pikiran memori teman-teman. Selalu tersenyum
dan indah melihat kedepan. Lalu mulailah dengan sejuta semangat baru untuk
menggapai impian teman-teman di masa lalu.
4. Berdoa
Apa
artinya semua usaha teman-teman jika teman-teman tidak pernah berdoa dan
bersyukur terhadap sang pencipta? Doa adalah usaha yang paling kuat membawa
kita ke arah yang lebih baik. Dengan doalah semua usaha dan cita-cita dapat
terealisasikan.
D. Pengertian DOA
Orang yang berdoa bukan
hanya sekedar sadar bahwa kekuatannya lemah, tetapi ada unsur keyakinan bahwa
berdoa itu merupakan kewajiban.
“Dan berfirman Tuhan kamu: berdoalah kamu kepadaKu,
juga Aku akan mengabulkan doa mu” (QS. Al-mukminun 60,68)
“Maka wajib atas kamu berdoa” H.R. Turmidzi
“Hal lain yang menyebabkan harapan disertai doa
ialah kesadaran bahwa mansia itu lemah” QS. An-Nisa, 28
Kelemahan manusia itu, dilukiskan sebagai berikut:
1. Manusia hidup kondisi
ketidakpastian. Hal yang penting bagi keamanan dan kesajahteraan manusia berada
diluar jangkauannya dengan kata lain, manusia ditandai oleh ketidak pastian.
2. Terbatas kesanggupan manusia
untuk mengendalikan dan untuk mempe-ngaruhi kondisi hidupnya. Pada titik
tertentu, kondisi manusia ada dalam kaitan konflik antara keinginan dan
cita-cita dengan lingkugannya, yang ditandai oleh ketidakberdayanya.
3. Manusia hidup bermasyarakat,
yang ditandai dengan adanya alokasi teratur dari berbagai fungsi, fasilitas,
pembagian kerja, produksi, dan ganjaran. Manusia membutuhkan kondisi imperatif
(keterpaksaan), yakni adanya suatu tingkat superordinasi dan subordinasi atau
berbagai aturan dalam hubungan manusia.
Doa dan harapan pada hakikatnya merupakan proses hubungan
antara manusia dengan Tuhannya dan antara manusia dengan manusia. Proses
hubungan ini lebih lanjut dapat diartikan memohon pertolongan, mengingat,
meminta perlin-dungan, mendekatkan diri (silaturrahmi dengan manusia, taqarrub
dengan Tuhan).
E. Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan
adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan / keyakinan akan kebenaran.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan, artinya
diberitahukan oleh Tuhan secara langsung ataupun secara tidak langsung kepada
manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besarnya.
Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir
bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak untuk ber-agama atau hak
untuk memiliki / memeluk aga yang dipercayai menurut keyakinan setiap individu.
Dalam hal beragama tiap-tiap orang / individu wajib menerima & menghormati
kepercayaan orang yang beragama itu, dasarnya adalah keyakinan masing-masing.
Berbagai usaha dapat dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada
Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi dan lingkungan.
Usaha itu antara lain :
a).
Meningkatkan ketaqwaan kita sebagai manusia dengan jalan atau dengan cara
meningkatkan ibadah. Dalam arti kata, untuk lebih rajin lagi untuk beribadah
kepada Tuhan
b).
Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat agar terjalinnya tali
persaudaraan yang baik dan agar terhindar dari pertengkaran atau perselisihan
c).
Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan atau dengan cara
suka menolong, dermawan, dan sebagainya (sifat-sifat baik lainnya)
d).
Mengurangi nafsu (negatif) seperti mengumpulkan harta yang berlebihan dan tidak
ingin membaginya kepada orang lain yang lebih membutuhkan
e).
Menekan perasaan-perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya
(sifat-sifat buruk lainnya)
Daftar Pustaka
Soelaeman
Munandar, Ilmu Budaya Dasar, ( Bandung: PT Refika Aditama, 2005)
Tri
Prasetya Joko, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998)
Digital
Book Universitas Gunadarma Tahun Ajaran ATA 2017//Tingkat 1